Kemana kita
bagaimana jika
Kemana kita jika esok jum’at benar-benar tiba kiamat?
Kemana kita jika detik jarum jam benar-benar berhenti berdetak?
Kemana kita jika habis petang izrail benar-benar datang bertandang?
Kemana kita jika malam nanti benar-benar akhir rajutan mimpi-mimpi?
Kemana kita jika napas benar-benar terampas?
bagaimana jika kebenaran yang kita yakini ternyata hamparan dosa-dosa?
Tuhanku
Kudaki bukit berdaki-daki,
munjung menggunung harapan
kapan akan kutemu ujung?
Senjapun mengalir ke malam
-Lebur jadi kelam
Liar mencakar-cakar ruh-
luruh bersama duka lukaku
Tik tak tik
Tak tik
Detak detik jarum jam serasa mencekam menikam nikam menerkam
aum
Jawabanku dari pertanyaanmu tentang lari
Aku berlari bukan untuk apa-apa
Bukan pelarian
Dengar dengus napasku!!
Kulakonkan laku
Lika liku
Luka
Liku luka lukaku
Kelu
Hhmmm seperti siang malam kuterima ia seraya suka
mimpi bayang-bayang
aku mengintipmu dari balik kelambu
riang berlarian
main kejaran dengan bayang bayang sendiri
angin henti desir
sekali senyap menikam dalam
beribu angan kutabur
ditanahku
berkuburlah segala
ah akulah sampah yang tersangkut disudut sudut mimpi
muspra
sepi
pemuda kemarin sore
ia bernama nasib
pemuda yang tersenyum padamu kemarin sore di halte
sekarang ia luka
makin terasing
karena sepi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar