KEPOMPONG AKAN MENETAS JADI KUPU KUPU TERBANG MENARI LINCAH MELUKIS WARNA WARNI PELANGI DI LANGIT BIRU

Jumat, 16 Juli 2010

AYO SEKOLAH

OPENING. LAMPU PANGGUNG MENYALA KEMUDIAN MASUK ORANG PAKAIANNYA SERBA HITAM.

orang

:

(gaya hipnotis) selamat malam para hadirin yang terhormat! Yang sebentar lagi anda akan saksikan ini bukan sebuah pertunjukan teater, jadi sayang sekali jika anda kesini hanya bertujuan untuk nonton teater. Tapi jangan lantas kecewa dan langsung pulang! karena masih ada saya disini yang akan menampilkan pertunjukan lain. saya bukan dukun, bukan seniman bukan juga setan walaupun pakaian saya serba hitam, Saya adalah master hipnotis. Saya disuruh orang yang punya acara ini untuk menghipnotis anda semua yang ada disini semata-mata hanya untuk kebaikan anda. Supaya anda merasa lebih rileks menghadapi wolak walike jaman ini, supaya anda tidak cepat marah jika disenggol orang ketika anda sedang nonton dangdut, supaya anda tidak mudah nesu ketika ada orang yang ngrasani keburukan anda, anggap saja yang pahit bagi anda adalah jamu yang akan menyehatkan anda. Anggukkan kepala jika anda setuju! Baiklah saya akan segera memulainya, Sebentar lagi anda akan saya ajak untuk memasuki ke sebuah alam mimpi. di alam mimpi itu, anda akan melihat diri anda sendiri. disana juga anda akan melihat orang-orang yang disekililing anda, sebagaimana orang-orang itu melihat anda. Dengarkan sugesti saya! Tubuh anda akan menjadi ringan, semakin ringan hingga membuat anda merasa terbang melayang, semakin ringan hingga anda tak merasakan sedikitpun berat beban. kemudian perlahan lahan anda akan tertidur, tidur lebih dalam, lebih dalam lagi, tidur……….. mari kita saksikan mimpi-mimpi itu! (keluar)

ADEGAN 1

MUNCUL SRI LANGKAHNYA BERAT SEPERTI MENANGGUNG BEBAN, LANTAS MEREBAHKAN TUBUHNYA TERLIHAT ADA SESUATU YANG IA LAMUNKAN.

Suara 1

:

bulan ini juga kau harus segera melunasi uang gedung itu sebesar lima ratus ribu! Ini surat pemberitahuan sekolah untuk orang tuamu!

Suara 2

:

Tapi apa tidak ada keringanan untuk saya pak? Saya tidak bisa melunasi uang gedung itu dalam waktu yang singkat! Orang tua saya hanya buruh tani dan Lima ratus ribu itu sangat banyak, pak!

Suara 1

:

Sayangnya kali ini tidak sri! Sekolah sudah banyak memberikan keringanan padamu! siswa yang lain juga tidak keberatan kok! Ini peraturan dari sekolah dan berlaku untuk semua siswa! Kalau tidak segera kau lunasi, aku tidak bisa menjaminmu untuk tetap sekolah di sini!

MASUK WANITA TUA MENGHAMPIRI SRI.

Emak

:

sri bangun nduk! Lihat hari sudah mulai sore! Ayo cah ayu lekas bangun!

Sri

:

(kaget terbangun) iya… iya mak! sri ketiduran mak!

Emak

:

Iya emak tahu! Ini emak bawakan nasi putih dan krupuk! Makanlah, nduk! Kau pasti belum makan kan sepulang sekolah tadi?

Sri

:

Iya mak terima kasih!

Emak

:

Maaf emak tidak masak hari ini! Hanya nasi putih dan krupuk yang ada!

Sri

:

Tidak apa-apa mak! ini sudah luar biasa bagi sri! nasi putih ini, seputih cinta kasih emak pada sri! (memakan krupuk) dan krupuk ini serenyah suara emak ketika menasehati sri!

Emak

:

(tertawa kecil) bisa saja kau sri! kau mulai pintar merangkai kata-kata! Itu pasti kau dapat dari sekolah?

Sri

:

(tertawa)

Emak

:

oh iya Bagaimana dengan sekolahmu hari ini?

Sri

:

(hening sejenak gelisah seperti menyembunyikan sesuatu) Sekolahku baik-baik saja sama seperti biasanya!

Emak

:

(ragu) benar, baik-baik saja? Tapi sepertinya ada sesuatu yang kau simpan, nduk?

Sri

:

Tidak mak!

Emak

:

Katakan saja, nduk! Aku ini emakmu! Aku tahu ada sesuatu yang kau simpan!

Sri

:

(Takut) Sssssebenarnya, sebenarnya……..

Emak

:

Sebenarnya apa, nduk? Katakan!

Sri

:

Aku berat sekali mengatakannya, mak!

Emak

:

Sudah katakan saja! Emak siap menerima kenyataan apa pun yang terjadi!

Sri

:

Tapi, janji ya emak tidak akan bersedih mendengarnya!

Emak

:

Iya emak janji!

Sri

:

Emak juga harus berjanji tidak akan menjadikan ini beban pikiran! Emak akan tetap menjadi emakku dulu yang selalu tegar dan tabah setiap menghadapi masalah?

Emak

:

(tersenyum) iya aku berjanji, nduk!

Sri

:

(memberikan sebuah surat) Mak, bulan ini aku harus membayar lima ratus ribu untuk melunasi uang gedung!

Emak

:

(kaget) apa? Lima ratus ribu? mengapa sebanyak ini?

Sri

:

Katanya sekolahan sedang membutuhkan tambahan dana untuk membangun sarana dan prasarana!

Emak

:

Masak sekolahan yang begitu megah itu masih memungut uang dari murid-muridnya yang tidak mampu? Kau sudah mencoba meminta keringanan?

Sri

:

Sudah mak! Tadi aku sudah menghadap kepala sekolah! tapi tidak ada hasil! Katanya aku sudah cukup banyak mendapat keringanan, ini peraturan dari sekolahan dan berlaku untuk semua siswa! (iba melihat emak) mak! kalau emak keberatan, kita tidak usah membayarnya! Aku berhenti sekolah dulu! Sementara aku akan bekerja!

Emak

:

Jangan, nduk! Kau harus tetap sekolah! Masalah biaya itu, biar emak yang cari! Emak akan cari pinjaman!

Sri

:

Tidak usah mak! emak sudah terlalu sering berhutang untuk kebutuhan sekolah sri! sekarang sudah cukup, mak!

Emak

:

Tidak, tidak nduk! Biar emak cari pinjaman! (bangkit ingin pergi tapi ditahan sri)

Sri

:

Tapi mak! kita tidak bisa terus-terusan hidup dari hutang! Sri tidak ingin emak dihina orang kerena terus-terusan mencari pinjaman!

Emak

:

Jangan halangi emak! Itu sudah tanggung jawab emak sebagai orang tua untuk mencarikanmu biaya sekolah!(bersikeras ingin pergi)

Sri

:

(Menahan emak) Tapi buat apa sri sekolah jika emak terus kelara-lara karena memenuhi biaya sekolah sri yang semakin tak terjangkau? emak jangan memaksakan diri! Sudahlah!

Emak

:

(luluh) Emak menjadi orang yang tidak berguna. Emak tidak bisa menyekolahkanmu. Emak tidak becus jadi orang tua yang berguna bagimu! emak malu nduk! Menjadi orang yang tidak bisa berbuat apa-apa sungguh menyakitkan!

Sri

:

Emak tidak boleh berkata seperti itu! Emak sudah memberi kasih sayang bagi sri! Itu sudah lebih dari cukup! Bagiku emak adalah ibu yang luar biasa! Bahkan sejak bapak wafat, emak juga menjadi ayah yang hebat!

Emak

:

Tapi nduk, emak tidak bisa membayar uang itu?

Sri

:

Lupakan itu, mak! aku ingin bekerja dulu!

Emak

:

Kau akan kerja apa nduk?

Sri

:

Kerja apa saja yang penting halal! aku akan pergi ke kota mak! katanya di kota banyak sekali kerjaan!

Emak

:

Kau masih kecil nduk! Kau belum berpengalaman kerja di kota! disana banyak sekali orang-orang jahat, nduk!

Sri

:

Aku akan mencoba mak! anggaplah itu sebagai tantangan!

Emak

:

Emak tidak yakin kau mampu!

Sri

:

Emak harus percaya pada sri kalau tidak, sri tak akan bekerja dengan baik!

Emak

:

Emak tidak melarangmu, nduk! Tapi kau masih terlalu kecil untuk kulepas sendirian! Emak tidak tega! Kalau ada apa-apa di sana siapa yang akan menolongmu? Sudahlah nduk, jangan pergi!

Sri

:

Percayalah mak! bukankah emak sendiri pernah mengatakan agar kita berdiri dengan kedua kaki kita sendiri? Percaya dengan kemampuan kita sendiri dan tidak bergantung pada orang lain? Lantas apa salahnya aku tidak bergantung pada emak?

Emak

:

Apa kau menganggap emak orang lain? Tidak bukan? Aku emakmu, yang melahirkanmu, yang merawatmu, tak masalah jika kau bergantung pada emak karena itu sudah menjadi kewajibanku sebagai orang tua!

Sri

:

Tapi sri tidak ingin membebani emak!

Emak

:

Emak tidak merasa terbebani, nduk!

Sri

:

Iya sri tahu itu! Tapi beri kesempatan pada sri! yakinlah mak! Percayakan pada sri! Sri janji akan berusaha sekuat tenaga! Masalah hasil itu ditangan Tuhan! Tekadku sudah bulat mak! Aku akan bekerja dulu biar dapat uang dan akan kupergunakan untuk sekolah! sekolah terlalu menyakitkan jika tak punya uang! Aku harus tahu diri dan tidak bisa selalu mengandalkan belas kasihan dari orang lain. (seperti mendengar suara 1, lalu bangkit) hai sekolahan yang tidak bersahabat dengan si miskin! Berdirilah tegak dengan caramu sendiri! Tapi suatu saat nanti Aku harus lebih megah darimu, Cita-citaku harus lebih tinggi dari gedungmu, aku akan menjadi bintang berkelip di langit! akan kutunjukkan siapa aku!

ADEGAN 2

LAMPU NYALA KEMBALI, TAMPAK TEMPAT KUMUH DISANA-SINI BERSERAKAN KORAN-KORAN DAN KARDUS. MUNCUL SATU PERSATU ANAK-ANAK JALANAN. MEREKA HAR, APAN, IIM DAN PIAN.

Har

:

Namaku har aku pedagang asongan! Aku punya cita-cita menjadi pak polisi gagah berani! Berdiri tegak, siap grak! Kuambil pistol, dar der dor… seketika penjahatpun ndelosor!

Apan

:

Namaku daripada apan, aku daripada pengamen! Aku punya daripaada cita-cita menjadi daripada anggota DPR! daripada duduk manis, senyum sana, senyum sini! Daripada Siap menyejahterkan rakyat!

Iim

:

Namaku iim, tukang semir! Cita-citaku ingin menjadi dokter! (ke penonton) nanti kalau sampean sakit, biar aku yang obati! Bagaimana?

Pian

:

Namaku pian, penjual onde-onde! Aku ingin menjadi direktur! Punya banyak duwit, mobil ngejreng, rumah gede dimana-mana! ah, mau apa serba ada!

H A I P

:

(serempak bernyanyi dan berjoget) cita-cita kami tinggi, tinggi sekali! Tapi apakah mungkin akan jadi kenyataan? Sedang kami hidup dijalanan! tak pernah sekolah tak tahu apa itu sekolah, juga tak mampu bayar sekolah karena biaya sekolah melambung tinggi. (berdoa) Ya Tuhan kenapa ongkos sekolah di negeriku melambung tinggi? Ya Tuhan, turunkanlah ongkos sekolah di negriku! Hanya kepadaMUlah kami memohon pertolongan! Ya Tuhan kabulkanlah do’a kami! Amiiin…..

Sri

:

(masuk panggung, sangat capek, duduk dekat har dkk)

Har

:

(ke temannya) lihat siapa itu? Apa kalian mengenalnya?

Apan

:

Tidak! Aku daripada tidak mengenalnya!

Iim

:

Iya aku juga baru kali ini melihatnya!

Pian

:

Coba kau tanya saja har! Sana!

Har

:

Iya aku akan tanya! (menghampiri sri) kau siapa?

Sri

:

Namaku sri!

Har

:

Aku har ketua anak jalanan disini! (menunjuk teman-temannya) dia apan, sebelahnya itu namanya iim, lalu yang itu namanya pian! oh iya Darimana asalmu?

Sri

:

Aku dari desa!

Har

:

Kenapa kau ada disini?

Sri

:

Aku sedang mencari kerja! aku butuh banyak uang!

Har

:

Buat apa?

Sri

:

(mengeluarkan kertas lantas memberikannya pada har)

Har

:

apa ini? (membolak balik kertas itu lalu memberikan kertas itu bergiliran pada teman-temannya, tidak ada yang tahu isi kertas itu) apa ini? Kau jangan memberikan kami kertas! Kami tidak mengerti!

Sri

:

Itu surat pemberitahuan pembayaran uang gedung dari sekolahku! Aku butuh uang untuk membayar uang gedung! (mengamati har dkk) Apa kalian tidak bisa baca?

H A I P

:

(menggeleng-geleng kepala)

Apan

:

Daripada tidak ada yang mengajari daripada kami!

Sri

:

Memangnya kalian tidak sekolah?

Iim

:

Iya! Kami tidak sekolah! Masuk kedalam gedungnya saja kami tidak pernah!

Pian

:

Kami cuma bisa memandangnya dari jauh!

Apan

:

Kelihatannya daripada sekolah itu enak ya?

Pian

:

Iya! bisa bermain, bercanda, tak perlu susah-susah kerja seperti kita! wah pokoknya menyenangkan!

Iim

:

Andai saja kita bisa sekolah seperti mereka!

Sri

:

(berkata pada dirinya sendiri) Tapi kawan, sekolah itu tak seperti yang kalian bayangkan! Sama seperti ketika kita memandang gunung dari jauh, Nampak biru dan indah tapi ketika sudah dekat begitu tinggi dan terjal jalan yang harus ditempuh jika kita ingin mendakinya.

Har

:

(membuyarkan lamunan sri) Hai, kenapa kau?

Sri

:

(kaget, terhenyak dari lamunannya) tidak, iya! Eh, tidak!

Har

:

Apa? Ya, tidak, iya, tidak! Kau sedang melamun ya?

Sri

:

Tidak! Aku tidak melamun! (gugup) Oh iya, apa kalian bisa bantu aku mencarikan pekerjaan?

Har

:

Kerja apa?

Sri

:

Yah, apa saja! Yang penting halal dan aku dapat uang! Bagaimana?

Har

:

Aku tidak tahu! aku tidak bisa memberi keputusan sekarang! Sebagai ketua anak jalanan disini, aku tidak bisa semena-mena memutuskan sendiri! aku harus musyawarah dulu dengan para anggota! Begini saja! Aku mau bilang dulu dengan mereka sementara kau tunggu disini dulu!

Sri

:

Iya, tapi jangan lama-lama ya!

Har

:

(berdiskusi dengan teman-temannya, sambil berbisik-bisik) kawan, anak desa itu sedang membutuhkan pekerjaan dan dia membutuhkan bantuan kita untuk mencarikannya pekerjaan! Bagaimana? Apa kalian setuju?

Apan

:

Tapi daripada apa yang akan kita dapat daripada kalau kita membantunya? Ada daripada jasa ada daripada imbalan! Daripada begitukan cara hidup daripada di kota? tidak ada daripada yang gratis, bung!

Iim

:

Lalu apa dia akan kasih kita uang?

Pian

:

Ah, tidak mungkin! Dia saja sedang butuh uang!

Apan

:

Lantas daripada bagaimana?

Har

:

Ah, begini saja! Dia kan pernah sekolah, Bagaimana kalau kita suruh dia mengajari kita baca dan tulis!

Iim

:

Apa untungnya?

Har

:

Ya biar kita pintar dan tidak mudah ditipu orang! Kalau sudah pintar, kita bisa cari kerja yang layak! Tidak perlu kerja susah seperti sekarang! (kepada iim) apa kau mau jadi tukang semir seumur hidup?

Iim

:

Ya tidak! Aku juga mau kerja yang layak!

Har

:

Lantas, kalian setuju tidak?

Pian

:

Iya! Aku juga setuju!

Apan

:

Daripada Aku juga setuju!

Iim

:

Ya sudah! Kalau begitu aku setuju! Tapi dia kita carikan kerja apa?

Har

:

Ya kerja seperti kita saja! Ngasong, nyemir, ngamen, atau jualan onde-onde! Bagaimana?

A I P

:

Yah, okelah kalo begitu!

Har

:

(menuju sri) bagini! Ehm, siapa namamu? Sri? Begini sri, kau perlu tahu kalau di kota segala sesuatu itu tidak ada yang gratis! Ada jasa ada imbalan!

Sri

:

(panik) tapi aku tidak punya uang untuk membayar kalian!

Har

:

Sebentar! Jangan terburu-buru dulu! Kau tak perlu memberi kami uang! Karena kami tahu kau tak punya uang! Kau juga sedang butuh uang bukan? (menjelaskan) bagini, kau pernah sekolah kan? Bisa baca dan tulis kan?

Sri

:

Iya, lantas?

Har

:

Kami akan membantumu bekerja disini tapi dengan satu syarat!

Sri

:

Apa syaratnya?

Har

:

kau ajari kami baca dan tulis!

Sri

:

(senang tapi juga kaget seperti tidak percaya) benar? (ragu) Tapi apa benar kalian mau bantu aku?

Har

:

Tak usah kau ragukan kami! Tenang saja kami akan bantu kau kerja disini, tapi kau hanya bisa bekerja seperti kami! Ngasong, ngamen, nyemir atau jualan onde-onde! Bagaimana?

Sri

:

Setuju! Kalian bantu aku bekerja

Har

:

(memotong) Kau juga harus bantu kami belajar! Dengan begitu kita sama-sama diuntungkan, bukan? Bagaimana? Kau setuju atau tidak?

Sri

:

(gembira) Iya! Aku setuju! Kita akan belajar dan bekerja bersama-sama!

A I P

:

Tunggu apa lagi? Ayo kita mulai sekarang juga!

Sri

:

Iya, ayo kita mulai! Ayo kita mulai langkah kita untuk masa depan yang bahagia! dengan senang hati, ayo kita bekerja! ayo belajar!

H A I P

:

(serempak) yaaaa! ayo bekerja! Ayo belajar!

Sri

:

Sekarang juga!

H A I P

:

Sekarang juga!

HAR DKK MENGAJARI SRI BERJUALAN, BEGITU JUGA SRI MENGAJARI ANAK JALANAN ITU BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS. MEREKA JUGA MENJAJAKAN DAGANGANNYA, TIBA-TIBA TERDENGAR PELUIT PETUGAS MEREKA LANTAS LARI TUNGGANG LANGGANG TAPI SRI TETAP BERDIRI DI TEMPATNYA. SUASANA SEMAKIN MENCEKAM.

H A I P

:

Petugas dataaang!!! Lariiii!!!!

Sri

:

Kanapa lari? Kita bukan penjahat! Bukan maling atau copet! Kalau tidak bersalah mengapa lari?

Har

:

(menghampiri sri) Kau tak tahu sri! Ini bukan masalah siapa benar, siapa salah! ini kota sri! Disini banyak macan yang akan memburu kancil-kancil!

Sri

:

Apa maksudmu?

Har

:

Ah, sudah jangan banyak Tanya! Nanti saja aku jelaskan! Sekarang hanya ada dua pilihan! Lari atau babak belur! (har menarik sri memaksa untuk lari)

Petugas

:

(masuk menangkap har an sri) Mau lari kemana kalian?

Har

:

Jangan rampas dagangan kami pak!

Sri

:

Kenapa kami ditangkap pak? Kami bukan penjahat pak! Kami di sini hanya kerja pak!

Petugas

:

(memukul sri) Kalian di sini sudah mengganggu ketertiban dan keindahan kota! kalian tahu? undang-undang kota sudah melarang berjualan di sini!! Ini program pemerintah kota! Tahun ini kota ini harus meraih adipura kota terbersih se-indonesia! Mengerti!! Sebenarnya aku itu kasihan dengan kalian tapi kalau kalian terus-terusan antiprogram aku yang kena semprot atasan!

Sri

:

Tapi kami butuh uang pak! Kami butuh makan pak!

Petugas

:

(memukul sri) bajul buntung! Apa kau saja yang butuh uang? Aku juga butuh uang! Apa kau saja yang butuh makan? Aku juga butuh makan! Sekarang mana dagangan kalian! (merampas dagangan har dan sri)

Sri

:

(mempertahankan dagangan) jangan pak, jangan ambil dagangan kami!!

Petugas

:

Setaaaan alas!!! Kalian berani melawan petugas!! (menghajar dan menyeret har dan sri)

Har

:

Ampun pak! Jangan pukuli kami pak!!! Ampun pak!

ADEGAN 3

SUASANA DIRUMAH SRI, TAMPAK DISANA SRI SEDANG TERTIDUR TIBA-TIBA IA MENGIGAU.

Sri

:

jangan pukul kami! Ja.. jangan ambil dagangan kami pak! Jangan tangkap kami pak!! Kami hanya cari uang untuk biaya makan dan sekolah pak!!! Jangan pak! Jangan…!!!

Emak

:

(tergopoh-gopoh masuk) ada apa sri? Sri!!! (mencoba membangunkan) bangun sri ayo bangun!!

Sri

:

(terbangun lalu memeluk emak) mak, aku dipukuli mak!! daganganku diambil oleh petugas itu mak!!

Emak

:

(keheranan) dagangan? Dipukuli petugas? Maksudmu apa nduk? Ah, Kau pasti bermimpi buruk! Sudah sekarang tenangkan dirimu dulu! (melepas pelukan sri) Sebentar emak mau ambil air putih dulu! (pergi, terdengar suara dari belakang) makanya kau jangan tidur sore-sore! Kata orang tidur sore itu tidak baik! Ketika itu adalah waktunya bethara kala nglanglang jagad!

Sri

:

(masih terbawa suasana mimpi buruknya) sssebenarnya apa yang terjadi? Apa ini cuma mimpi?

Emak

:

(masuk) nah, minumlah dulu air putih ini! (menyodorkan air putih) nah sekarang bagaimana? Sudah mendingan kan?

Sri

:

(semakin tenang) iya mak! sri sudah merasa lebih baik! Terimakasih mak! (hening sejenak) Mak, bulan ini aku harus membayar lima ratus ribu untuk melunasi uang gedung! Katanya sekolahan sedang membutuhkan tambahan dana untuk membangun sarana dan prasarana! Tapi kalau emak keberatan, kita tidak usah membayarnya! Aku berhenti sekolah dulu! Sementara aku akan bekerja!

Emak

:

(tertawa) apa yang kau katakan itu? Kau ini ada-ada saja!

Sri

:

Kenapa emak tertawa?

Emak

:

kau pasti masih bermimpi kan sri? apa kau lupa sri? di sekolahmu itu kan sudah tidak ada pungutan uang gedung! Apalagi kau juga kan mendapat beasiswa kurang mampu!

Sri

:

Tidak mak aku tidak mimpi! Kalau tidak percaya ini buktinya mak! (mencari surat di dalam tasnya, tak ketemu) mana surat pemberitahuan itu? Dimana? Kok tidak ada?

Emak

:

Tidak ada kan? (tertawa geli) kau masih terpengaruh mimpi-mimpimu srii!!

Sri

:

(tidak percaya) Jadi semua ini hanya mimpi?

Emak

:

Iya! kau juga harus segera bangun dari mimpi-mimpi burukmu itu! Jangan terus larut pada mimpi-mimpimu itu! Inilah kenyataan, nduk! Emak tahu walaupun biaya sekolah tidak semuanya gratis, tapi pihak sekolah sudah membantumu dengan memberi keringanan biaya! jadi walaupun kita miskin tapi kita juga bisa sekolah! jangan kau sia-siakan kesempatan itu sri!

Sri

:

(ketakutan) Tapi mak! kalau benar itu mimpi, sri takut mimpi buruk itu datang kembali! sri takut mak! sri takut jika mimpi buruk itu jadi kenyataan! Sri takut mak!

Emak

:

(memeluk sri penuh sayang) Jangan takut nduk! masih ada emak disampingmu! Berdoalah pada Tuhan! semoga mimpi-mimpi buruk itu tidak jadi kenyataan dan semoga kita tetap dalam lindungannya!

Sri

:

Iya mak, terima kasih! Emak adalah pahlawan tanpa tanda jasaku!

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA ANAK-ANAK SEUMURAN SRI DI LUAR RUMAH SRI. SUARANYA KERAS SEKALI.

Sri

:

Suara siapa itu mak?

Emak

:

Mereka itu anak-anak dari kota! kira-kira seumuranmu! katanya mereka itu adalah murid-murid Sekolah Jalanan Milik Negara!

Sri

:

Lalu untuk apa mereka datang ke desa kita?

Emak

:

Mereka sedang mencari kawan sesama anak jalanan mereka dulu! katanya kawan mereka itu sekarang tinggal di desa kita! kawan mereka itu bernama Sri! tentu bukan kau kan? kau kan bukan anak jalanan? pasti mereka salah alamat!

Sri

:

siapa nama anak-anak kota itu? Apa emak tahu?

Emak

:

Iya tadi emak tanya juga! Kalau tidak salah dengar, namanya har, apan, iim dan pian!

Sri

:

(kaget) apa? Har, apan, iim, dan pian?

Emak

:

(bingung) Iya! Har, apan, iim dan pian! ada apa nduk?

Sri

:

(terggopoh gopoh) ini bukan mimpi kan mak? ini kenyataan kan? Mereka itu teman-temanku! Sri yang mereka cari mak! Sri harus menemuinya mak! sri harus kesana! (bergegas pergi)

Emak

:

Sri kau mau kemana? (menahan langkah sri tapi tidak bisa lantas ia berbicara pada penonton, heran) ada apa dengan sri? sejak kapan sri kenal anak-anak kota itu? Sejak kapan sri jadi anak jalanan? apa sri masih bermimpi? Atau saya sekarang yang bermimpi? Saya jadi bingung, mana yang mimpi mana yang kenyataan? Sebenarnya siapa yang bermimpi? saya atau sri? Kalau ada mimpi yang jadi kenyataan, bukan tidak mungkin ada kenyataan yang jadi mimpi! jangan-jangan pertemuan kita hari ini juga adalah mimpi? Atau benar-benar kenyataan? Mimpi atau kenyataan? Kenyataan mimpi atau mimpi kenyataan? Ah, Sudahlah daripada tambah bingung, kita akhiri saja cerita ini sampai disini! Semoga kita benar-benar terbangun dari mimpi-mimpi hari ini dan sanggup menghadapi kenyataan bagaimanapun pahit-getirnya! Terima kasih Wassalam! (keluar)

LAMPU PANGGUNG PERLAHAN-LAHAN PADAM, MUSIKPUN MENGALUN. PERTUNJUKAN SELESAI.

TERIMA KASIH

Bapak , ibu Maafkan aku!

sudah menyiakan waktu dan tak segera kuselesaikan kuliahku!

Pandanrejo, 30 november 2010 selasa malam 21.09 WIB

-WAHYU SUBEKTI-

2 komentar: